Jumat, 27 Mei 2016

Surat Cinta Untuk Ayah



Selamat pagi ayah
Ayah taukah kau... banyak yang ingin kuceritakan padamu semenjak kepergianmu yang tanpa pesan itu. Ayah aku menampung seribu kisah yang ingin kuceritakan jika kau kembali nanti. Ini tentang hatiku ayah, yang tak bertuan hingga saat ini.
Ayah, ingatkan? Saat kau pergi usiaku masih remaja. Dan saat itu, belum banyak yang kumengerti tentang satu kata penuh makna itu. CINTA.
Saat aku menulis surat ini, aku membayangkan wajahmu ayah. Wajah yang penuh dengan kebahagian, meski kadang harus marah karena kenakalan masa kecilku. Ayah, aku masih ingat pertama kali kau mengajarkanku menaiki sepeda milik tetangga kita. Saat itu dengan rasa bangganya aku menaiki sepeda itu, tanpa memikirkan rasa malu yang saat ini sering mengganguku saat memakai milik orang. Ayah datang memegangku dari belakang. Ayah mendorongku dan aku terjatuh. Ayah menertawakanku, dan memberikan kedua tanganmu membantuku untuk kembali berdiri. Saat itu aku masih terlalu kecil ayah, aku tidak menangis karena kesakitan. Aku hanya ikut menertawakan diriku saat itu.
Ayah, tahukah kau, setahun setelah kepergianmu itu aku sudah bisa membawa sepeda tetangga kita tanpa ada yang membantuku. Bahkan, aku bisa membawa motor milik adikmu yang sering datang ke rumah. Taukah kau ayah, orang pertama yang kuboncengi adalah kakak yang saat ini sudah menjadi seorang ibu. Aku sangat bahagia ayah, dan saat itu aku berharap kau segera pulang untuk melihat kemampuanku.
Ayah usiaku semakin bertambah. Dan sepeda adalah satu dari seribu cerita yang kau torehkan untukku. Satu hal yang membuatku selalu tersenyum ayah, saat kita harus berjalan sejauh 2 km untuk menonton pertandingan sepak bola antara Brazil vs Ekuador. Saat itu masih gelap.  Dengan membawa senter, kita berjalan menembus dinginnya malam meninggalkan ibu yang saat itu masih terlelap. Kau mengajarkanku tentang duniamu ayah, dan ibu dengan caranya sendiri memaksaku mencintai duniaku. Puncaknya, saat aku memintamu untuk “operasi kelamin”. Ayah, andaikan kau tidak pergi dan jika kau kembali nanti, aku hanya ingin menjelaskan itu bukan permintaanku ayah tetapi permintaan mereka yang melihat kemampuanku yang mirip seperti dirimu. Saat itu, kau hanya diam ayah. Dan membiarkan ibu menjelaskannya padaku. Aku tak mengerti apa-apa saat itu ayah, jadi maafkan aku ayah pernah membuatmu merasa bersalah. Aku tahu ayah, saat itu secara perlahan kau melarangku bermain sepak bola. Hingga ahkirnya, kau mengejarku di lapangan yang disaksikan oleh teman-teman kecilku. Ayah maafkan aku untuk itu. Jika kau kembali nanti, aku takkan mengatakannya lagi ayah.
Ayah, usiaku bukan usia remaja lagi. Kau pasti akan kaget ayah, yang kuceritakan saat ini bukan tentang sepeda, tentang bola, tentang radiomu yang kujatuhkan, tentangmu yang mengajakku berburu, tentangmu yang selalu menggendongku di pundakmu. Ayah...ini tentang hatiku.
            Setelah kepergianmu, aku jatuh cinta ayah. Entahlah ayah, saat itu aku terlalu menggebu. Aku bahkan lupa menelponmu untuk itu. Aku mencintainya dengan segenap hatiku ayah, yang membuatku kehilangan hatiku hingga saat ini. Aku tak mengerti ayah, itu cinta seperti apa. Tetapi aku tak mengerti mengapa aku harus jatuh sedalam itu dalam rasa sakit.. Aku sakit ayah, bahkan taukah kau saat menulis bagian yang ini, aku menangis.
Ayah saat itu aku takut. Aku takut sakit lagi. Aku takut menangis lagi ayah. Dan yang lebih menakutkanku saat aku menelponmu untuk cerita itu, kau lagi-lagi tak menjawabku. Sesibuk itukah kau ayah?
            Ayah, saat pernikahan kakak, aku tak ada disana. Kadang aku menangis karena itu, kadang juga aku bahagia ayah. Ia sudah menemukan lelaki yang tepat. Lelaki yang bisa menggantikan posisimu dihatinya. Ah aku salah, posisimu takkan tergantikan ayah.  Posisimu ada disudut yang tak tersentuh oleh apapun.
 Ayah, saat ini aku berpikir tentang diriku sendiri.
Ayah, sejak rasa sakit itu datang, aku lari dari dunia semu itu. Aku menutup hatiku ayah. Aku menutup segalanya. Meski banyak yang mengetuk pintu hatiku, bahkan ada yang sekedar menyapa. Aku tak menggubrisnya ayah. Ayah, jikalau saat itu kau ada seperti saat kau membantuku mendorong sepeda, mungkin lukanya tak sedalam ini. Kau akan membantuk berdiri, dan aku yakin kau akan memarahi laki-laki itu untukku ayah.
Ayah...entahlah. Kapan kan berpenghuni, aku tak peduli. Tetapi saat ini taukah kau ayah, aku jatuh cinta padamu. Kau lelaki hebat ayah. ibu adalah wanita beruntung memilikimu. Kau adalah lelaki yang memiliki pundak yang kuat untuk menopang ibu dengan cintamu yang luarbiasa. Kau juga luarbiasa ayah, saat kau menggantikan posisi ibu yang pergi untuk selamanya. Kau tak pernah mengeluh ayah, meski kadang aku melihat wajah cemburu saat kakak mengenalkan pacarnya padamu.  
Ayah, aku ingin memiliki lelaki sepertimu. Aku ingin memiliki lelaki luarbiasa. Apalah alasannya ayah, tak harus serupa denganmu. Karena rupamu hanya satu dan sudah kumeteraikan  dalam hatiku. Ayah, saat derasnya gelombang dan deruhnya angin kehidupan yang kualami saat ini, aku membutuh lelaki sepertimu ayah. Yang lebih banyak mendengarkan kuberbicara, yang ada disampingku, setia mendengarkan ceritaku tentang kelasku. Dan yang paling penting, ia tak pernah memintaku untuk berhenti mencintaimu
Ayah.... dimana kau berada? Aku lelah menulis lebih banyak lagi tentang lelaki yang ingin kujadikan temanku. Kau takkan cemburukan ayah? seperti saat kakak mengajak pacarnya ke rumah. Saat itu, kau seolah sibuk mengurus makam ibu, padahal aku mengerti betapa hancurnya hatimu. Iya kan ayah? Aku tersenyum merindukanmu menulis bagian ini ayah. Ayah, aku tahu dan aku merasakan sakit hatimu saat itu. Sebenarnya kau bahagiakan ayah? Tapi kau harus sedih,  puteri kecilmu sudah beranjak dewasa.
            Ayah saat membaca surat ini kau akan sedih? Aku yakin iya. Kau juga akan cemburu kan ayah? Ayah...aku jatuh cinta padamu. Dan kau tak perlu cemburu ayah, hingga saat ini hanya kau yang mengisi hatiku. Hatiku tak pernah kosong ayah, kau ada bersama malaikat-malaikat yang kuyakin berada disampingmu membaca suratku ini. ayah, bahagialah disana..hingga waktu kembali menyatukan kita dalam dunia yang sama tentang cerita yang berbeda. I love you ayah, jika kau temukan laki-laki sepertimu katakan pada malaikat untuk mengirimkannya padaku.

Senin, 23 Mei 2016

Tentang Kesendirian yang Beralasan



Karena dalam kesendirian, sebuah pemikiran akan datang. Bagai air murni dari pegunungan, dalam kesendirian tanpa suara sumbang, suara hati didengar. Kesendirian dalam kesunyian mengajarkan bahwa ahkir dari hidup adalah kesendirian itu sendiri.za



Saat menulis cerita ini aku bingung memilih judulnya. Jomblo? Hmm akan membuatmu merasa lucu saat membaca? Aku memilih judul lain yang membuatmu berpikir tidak sejauh caraku berpikir.
Semua anak kos, kecuali aku selalu mendata berapa kali mereka putus dalam setahun, mendata berapa yang  menyukai mereka dalam setahun, sekaligus mendata berapa kali mereka menasihatiku untuk meninggalkan statusku yang membuat mereka harus lelah menasihatiku. Mungkin status yang membuat mereka dan seluruh perabot kos harus menderita.  Jomblo. Ya kan ini hal yang biasa, yang penting aku bukan single parent. Argh aku terlalu jauh berpikir seperti itu.
            Iya... namaku Yanti, semester 4, jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Hm aku lupa satu, aku kelas A di kampusku, dengan jabatan  anggota biasa. Dan di kos, statusku leader huru-hara. Karena kesepian akan melanda pada diri mereka, meskipun mereka jauh dari kata “kesendirian” ya mungkin seperti itu. Karena aku akan ditanyai saat pulang terlambat, kenapa tidak pulang. Hm aku kadang betah dengan perhatian seperti itu. Tetapi yang sebenarnya mereka merindukan suaraku, eits bukan karena suara mirip Celina Dion ya, tetapi suaraku mirip drum yang kosong isinya. Hahhaha ya seperti itu, aku selalu rendah hati mengakui hal itu.
 Argh.....buatku hal yang paling kutunggu di hari sabtu sore atau yang beberapa menit lagi malam minggu, ya malam yang panjang menurut anak kos adalah hujan. Karena yang kulakukan saat itu aku akan tidur sepuas  mungkin, dan akan bangun di pagi hari dengan mendengarkan cerita para gadis korban malming(malam minggu).  Dan alasan ini yang membuat aku di vonis manusia paling aneh di kos. Aku tidak bilang mereka penjahat, karena aku tak pernah merasa marah sedikitpun akan olokkan seperti itu. Bagiku mereka kakak yang super duper  kompak. Paling baik dan sangat perhatian, ya meskipun kadang cara mereka berbeda-beda, tapi mereka kakak-kakak yang selalu buatku betah berada di kos yang sudah lama aku tempati  ini. Aku pernah dinasihat selama 5 jam. Iya.....  bisa bayangkan 5 jam itu seperti saksi pembunuhan yang di periksa tim penyidik. Kenapa aku dinasihat selama itu, ya alasannya cuma satu, aku yang selalu malas merespon saran mereka untuk memiliki pacar. Aku beginilah, aku begitulah. Ah bosan. Dan hal konyol yang pernah mereka sarankan adalah, memeriksa kejiwaanku. Saat itu aku antara marah dan lucu. Iya itu ide konyol yang pernah ada.
 Aku ditanya alasan tidak pacaran sampai saat ini. Mereka sebenarnya peduli dan sayang kok. Tapi buat aku itu pertanyaan yang kesekian yang sangat konyol. Iya....konyol!!!! Pertanyaan  seperti itu sudah sering buat telingaku geram sejak aku  SMA. Lucu ya telingahku sampai geram. Saking bosannya ia mendengar pertanyaan yang sama . Aku tidak marah, tetapi aku sering merasa aneh dengan pertanyaan seperti itu. Aku pernah punya jawaban yang membuat mereka tertawa, saat aku bilang aku ingin memberikan hidupku  untuk Tuhan.  Dan saat itu aku hanya tersenyum  memandang betapa bahagianya mereka menertawakan  alasanku. Itu menyedihkan menurut mereka.
Semua punya alasan menurutku. Saat ulangtahunku yang ke 20, aku sempat bingung dengan ucapan mereka di medsos. Ada yang  memintaku untuk segera punya pacar, ada yang mengatakan bahwa aku jomblo yang genap usia 10 tahun. Yapz... 10 tahun?? Artinya 10 tahun yang lalu aku masih berusia 10 tahun masih kelas V SD, dengan usia seperti itu apa aku harus punya pacar?? Ya, aku bukan anak SD usia masa kini kan? Yang lagi trendnya cinta monyet saat usianya masih pantasnya main karet gelang.
Ya..bagiku, itu doa yang mungkin akan buat Tuhan tersenyum. Kenapa mereka tidak mendoakanku jadi anggota dewan atau presiden?? Dengan begitukan aku bisa menurunkan harga beras. Dan yang paling penting lagi itu akan merugikan anak kos yang punya seribu satu alasan dengan harga sembako naik untuk jatah bulanan, setidaknya aku meringankan beban orangtua mereka. Kan kasihan, katanya penerus bangsa, tetapi terkadang sikap kepedulian akan statusnya sebagai penerus bangsa itu sebenarnya aku lupa ada tidak ya? Argh, aku akan menjadi orang yang sangat bosan membahas tentang itu. Sebenarnya aku setuju dan ingin berada di pihak yang menyetujui pikiranku, tetapi itu membosankan. Karena terlalu banyak orang yang berbicara atas namaku dan pikiranku, tetapi mereka yang membius seribu mata dengan retorika kelas atas, tanpa aksi nyata.
Terlalu panjang lebar aku membicarakan ini, ah lupa tema cerita ini kan jomblo. Ah aku harus mengatakannya juga, sepertinya negaraku juga sedang jomblo. Maksudku bukan negaraku, tetapi penghuninya. Ia penghuninya, sukanya jalan sendiri. Sukanya berkompromi pada kelompok kecil. Ya, yang ahkirnya melahirkan seribu satu penyimpangan yang dipulikasi bak drama tanpa sutradara tapi memiliki pemain handal yang mengakui dirinya sekedar figuran, ternyata dalam aksinya adalah pelaku utama. Aku ingin kakak-kakakku sesekali menertawakan kejomblooan yang di miliki ibu pertiwi ini. Tidak hanya menertawakanku yang lebih betah tidur di kos malam minggu, tetapi juga mereka yang duduk dibangku dewan yang mengatasnamakan generasiku dan kerjanya tidur. 
Bagiku, berjalan dibawah payung tanpa harus ditemani sosok seperti yang mereka katakan adalah sebuah  cerita tentang  payung  itu. Bukan tentang orang di dalam payung. Karena perjuangan yang dilakukan seseorang dibawah payung tersebut, akan membawa cerita baru pada payung tersebut.
Kenapa aku sendiri?  Alasan pertama, aku masih kuliah dan ingin menyelesaikan kewajibanku pada orangtuaku. Kedua, memiliki pacar membuatku menyibukkan diri, karena aku memang orang sibuk yang tidak ingin dipaksa untuk sibuk dengan kedatangan tamu yang membuatku sibuk. Ketiga, aku memiliki jatah bulanan yang sudah kuperhitungkan, dimana aku tidak menyisihkan untuk malam minggu yang harus mengeluarkan biaya, karena aku tahu pastinya orangtuaku malam minggunya juga hanya di rumah. Keempat, aku belum siap pacaran karena ketiga alasan tersebut.
           

Kamis, 19 Mei 2016

aktivis juga romantis



Aktivis juga Romantis
Menemukan cinta dalam selimut perjuangan, saat cinta tak semudah menarik masa, saat cinta tak semudah membawa pengeras suara untuk berjuang melawan ketidakadilan”
Malang, 10 Mei 2015 menyusuri jalan yang berliku hingga ahkirnya sosok yang dicari ditemui di sudut kedai kopi milik pak tua zaman perjuangan yang dengan semangatnya menceritakan tentang perjuangan Orde Baru.
Aktivis muda, ia tak ingin memperkenalkan namanya, namun hanya memberikan inisialnya TMR. Mahasiswa di salah satu kampus swasta di Malang ini mulai membuka lembaran lamanya dengan menyeduh kopi ke dalam gelas kecilnya.
Tahun 2010-2013, ia masih berada di salah satu kota besar di Indonesia, Makasar. Di kota yang terkenal dengan pergerakan mahasiswanya ini, TMR harus dikeluarkan dengan tidak hormat dari kampus, karena alasan yang tidak bisa ia ceritakan. Di kampus swasta itu TMR harus pergi. Suaranya sebagai seorang mahasiswa yang meneriakkan keadilan seolah dibungkam dengan membawanya pergi secara paksa dari kota Daeng.
Harapannya tidak pergi begitu saja untuk menjadi seorang sarjana, datanglah ia ke kota “kripik tempe”  ini membawa sejuta harapan yang masih tersisa, meski sedikit saja keyakinan yang ia miliki. Kadang ia harus menanggung cercaan, karena ia seorang aktivis yang dianggap terlalu kritis dan seorang provokator. Kehidupannya yang lekat dengan teriakan, tangan yang mengepal untuk berjuang, membuatnya harus menerima banyak sindiran, namun TMR tetaplah TMR yang tidak akan ubah menjadi oranglain. Namun semuanya terjawab, saat ia  ditolak dari salah satu kampus yang ia daftar. TMR pun kehilangan harapan. Ia ingin pulang, pulang darimana ia datang dan mimpinya pun seolah kandas.
Harapan pun seolah masih terbuka untuknya, saat seniornya menawarkannya untuk masuk ke sebuah kampus swasta. Ia seolah menemukan jalan lain, kampus swasta yang kini menjadi ladangnya untuk melanjutkan pendidikan strata satunya menjadi pelabuhan terahkirnya dari persimpangan yang ia temukan. Dan kisah cintanyapun dimulai.
Berawal dari 23 September 2013, TMR menemukan sosok yang membuatnya memiliki alasan untuk berlari secepat mungkin ke kampus dan mengubah segalanya tentang dirinya sendiri, yang membuatnya menjadi oranglain. Dan tidak menunggu lama, ia pun kembali, tidak bisa mempertahankan dirinya menjadi oranglain untuk mendapatkan perhatian gadis yang ia juluki “malaikat berkerudung”. Perjuangan mendapatkan si malaikat berkerudung tak hanya sebuah teriakan tanpa makna, tetapi sebuah pencarian yang sangat lama.
Satu cerita mirisnya, saat ia harus berjalan kaki sejauh 7 km karena si malaikat berkerudung takut bersamanya dalam sebuah angkot. Sosoknya yang kritis, bicaranya yang lantang dan caranya berjalan, berpakaian dan semua hal tentangnya sebagai seorang aktivis membuat malaikat berkerudung yang berasal dari negara tetangga tersebut memandang sebagai seorang monster. “Ia sangat takut untuk berbicara bahkan sekedar  memandang saya,” katanya dengan nada pilu.
Berbagai cara ia lakukan untuk mendapatkan hati si malaikat,  namun mendapatkan hatinya tak semudah turun aksi dan meneriakan pendapatnya. Dari sanalah, TMR datang sebagai penulis puisi romantis. Puisi-puisi dengan kritikan seolah ia tinggalkan sejenak, untuk menggali kata-kata indah untuk sang malaikat.
“ saya memujanya di setiap tulisan saya, dan tulisan saya adalah dia. Dia adalah puisi” ungkapnya. Meski cintanya harus bertepuk sebelah tangan, puisi-puisi TMR banyak disukai oleh mahasiwa bahkan juga dosen. Sejauh ini ia telah menulis kurang lebih 90 puisi untuk sang malaikat, dan puisinya telah dibukukan bersama penulis lainnya dalam buku   “ Anggun Siapalah Daku” yang telah rilis di kalangan mahasiswa dan dosen sejak bulan April.
Selain menjadi seorang penulis puisi saat ini, TMR juga aktif dalam organisasi lain seperti KAMAPALA, KOPISEMU dan sering bergabung dalam acara-acara pentas para sastra di Malang. Selain itu, TMR kerap kali masuk dalam kontributor terbaik menulis buku dibeberapa ajang yang diselenggarakan media sosial.