Selamat pagi ayah
Ayah taukah kau... banyak yang ingin
kuceritakan padamu semenjak kepergianmu yang tanpa pesan itu. Ayah aku
menampung seribu kisah yang ingin kuceritakan jika kau kembali nanti. Ini
tentang hatiku ayah, yang tak bertuan hingga saat ini.
Ayah, ingatkan? Saat kau pergi usiaku
masih remaja. Dan saat itu, belum banyak yang kumengerti tentang satu kata penuh
makna itu. CINTA.
Saat aku menulis surat ini, aku
membayangkan wajahmu ayah. Wajah yang penuh dengan kebahagian, meski kadang
harus marah karena kenakalan masa kecilku. Ayah, aku masih ingat pertama kali
kau mengajarkanku menaiki sepeda milik tetangga kita. Saat itu dengan rasa
bangganya aku menaiki sepeda itu, tanpa memikirkan rasa malu yang saat ini
sering mengganguku saat memakai milik orang. Ayah datang memegangku dari belakang.
Ayah mendorongku dan aku terjatuh. Ayah menertawakanku, dan memberikan kedua
tanganmu membantuku untuk kembali berdiri. Saat itu aku masih terlalu kecil
ayah, aku tidak menangis karena kesakitan. Aku hanya ikut menertawakan diriku
saat itu.
Ayah, tahukah kau, setahun setelah
kepergianmu itu aku sudah bisa membawa sepeda tetangga kita tanpa ada yang
membantuku. Bahkan, aku bisa membawa motor milik adikmu yang sering datang ke
rumah. Taukah kau ayah, orang pertama yang kuboncengi adalah kakak yang saat
ini sudah menjadi seorang ibu. Aku sangat bahagia ayah, dan saat itu aku
berharap kau segera pulang untuk melihat kemampuanku.
Ayah usiaku semakin bertambah. Dan sepeda
adalah satu dari seribu cerita yang kau torehkan untukku. Satu hal yang
membuatku selalu tersenyum ayah, saat kita harus berjalan sejauh 2 km untuk
menonton pertandingan sepak bola antara Brazil vs Ekuador. Saat itu masih gelap.
Dengan membawa senter, kita berjalan
menembus dinginnya malam meninggalkan ibu yang saat itu masih terlelap. Kau
mengajarkanku tentang duniamu ayah, dan ibu dengan caranya sendiri memaksaku
mencintai duniaku. Puncaknya, saat aku memintamu untuk “operasi kelamin”. Ayah, andaikan kau tidak pergi dan jika kau
kembali nanti, aku hanya ingin menjelaskan itu bukan permintaanku ayah tetapi
permintaan mereka yang melihat kemampuanku yang mirip seperti dirimu. Saat itu,
kau hanya diam ayah. Dan membiarkan ibu menjelaskannya padaku. Aku tak mengerti
apa-apa saat itu ayah, jadi maafkan aku ayah pernah membuatmu merasa bersalah.
Aku tahu ayah, saat itu secara perlahan kau melarangku bermain sepak bola.
Hingga ahkirnya, kau mengejarku di lapangan yang disaksikan oleh teman-teman
kecilku. Ayah maafkan aku untuk itu. Jika kau kembali nanti, aku takkan
mengatakannya lagi ayah.
Ayah, usiaku bukan usia remaja lagi. Kau
pasti akan kaget ayah, yang kuceritakan saat ini bukan tentang sepeda, tentang
bola, tentang radiomu yang kujatuhkan, tentangmu yang mengajakku berburu,
tentangmu yang selalu menggendongku di pundakmu. Ayah...ini tentang hatiku.
Setelah
kepergianmu, aku jatuh cinta ayah. Entahlah ayah, saat itu aku terlalu
menggebu. Aku bahkan lupa menelponmu untuk itu. Aku mencintainya dengan segenap
hatiku ayah, yang membuatku kehilangan hatiku hingga saat ini. Aku tak mengerti
ayah, itu cinta seperti apa. Tetapi aku tak mengerti mengapa aku harus jatuh
sedalam itu dalam rasa sakit.. Aku sakit ayah, bahkan taukah kau saat menulis
bagian yang ini, aku menangis.
Ayah saat itu aku takut. Aku takut sakit
lagi. Aku takut menangis lagi ayah. Dan yang lebih menakutkanku saat aku
menelponmu untuk cerita itu, kau lagi-lagi tak menjawabku. Sesibuk itukah kau
ayah?
Ayah,
saat pernikahan kakak, aku tak ada disana. Kadang aku menangis karena itu,
kadang juga aku bahagia ayah. Ia sudah menemukan lelaki yang tepat. Lelaki yang
bisa menggantikan posisimu dihatinya. Ah aku salah, posisimu takkan tergantikan
ayah. Posisimu ada disudut yang tak
tersentuh oleh apapun.
Ayah, saat ini aku berpikir tentang diriku
sendiri.
Ayah, sejak rasa sakit itu datang, aku
lari dari dunia semu itu. Aku menutup hatiku ayah. Aku menutup segalanya. Meski
banyak yang mengetuk pintu hatiku, bahkan ada yang sekedar menyapa. Aku tak
menggubrisnya ayah. Ayah, jikalau saat itu kau ada seperti saat kau membantuku
mendorong sepeda, mungkin lukanya tak sedalam ini. Kau akan membantuk berdiri,
dan aku yakin kau akan memarahi laki-laki itu untukku ayah.
Ayah...entahlah. Kapan kan berpenghuni,
aku tak peduli. Tetapi saat ini taukah kau ayah, aku jatuh cinta padamu. Kau
lelaki hebat ayah. ibu adalah wanita beruntung memilikimu. Kau adalah lelaki
yang memiliki pundak yang kuat untuk menopang ibu dengan cintamu yang
luarbiasa. Kau juga luarbiasa ayah, saat kau menggantikan posisi ibu yang pergi
untuk selamanya. Kau tak pernah mengeluh ayah, meski kadang aku melihat wajah
cemburu saat kakak mengenalkan pacarnya padamu.
Ayah, aku ingin memiliki lelaki
sepertimu. Aku ingin memiliki lelaki luarbiasa. Apalah alasannya ayah, tak
harus serupa denganmu. Karena rupamu hanya satu dan sudah kumeteraikan dalam hatiku. Ayah, saat derasnya gelombang
dan deruhnya angin kehidupan yang kualami saat ini, aku membutuh lelaki
sepertimu ayah. Yang lebih banyak mendengarkan kuberbicara, yang ada
disampingku, setia mendengarkan ceritaku tentang kelasku. Dan yang paling
penting, ia tak pernah memintaku untuk berhenti mencintaimu
Ayah.... dimana kau berada? Aku lelah
menulis lebih banyak lagi tentang lelaki yang ingin kujadikan temanku. Kau
takkan cemburukan ayah? seperti saat kakak mengajak pacarnya ke rumah. Saat
itu, kau seolah sibuk mengurus makam ibu, padahal aku mengerti betapa hancurnya
hatimu. Iya kan ayah? Aku tersenyum merindukanmu menulis bagian ini ayah. Ayah,
aku tahu dan aku merasakan sakit hatimu saat itu. Sebenarnya kau bahagiakan
ayah? Tapi kau harus sedih, puteri
kecilmu sudah beranjak dewasa.
Ayah
saat membaca surat ini kau akan sedih? Aku yakin iya. Kau juga akan cemburu kan
ayah? Ayah...aku jatuh cinta padamu. Dan kau tak perlu cemburu ayah, hingga
saat ini hanya kau yang mengisi hatiku. Hatiku tak pernah kosong ayah, kau ada
bersama malaikat-malaikat yang kuyakin berada disampingmu membaca suratku ini.
ayah, bahagialah disana..hingga waktu kembali menyatukan kita dalam dunia yang
sama tentang cerita yang berbeda. I love you ayah, jika kau temukan laki-laki
sepertimu katakan pada malaikat untuk mengirimkannya padaku.